Kerjanya
  • Home
  • Kesehatan
  • Resep
  • Aplikasi
  • Hukum
  • Unduh
Kerjanya » Kesehatan » Penyakit » Penyakit riketsia

Penyakit riketsia

Penulis : Dani Iswara Tanggal : 2017-05-30
Daftar isi
  • Penyakit riketsia adalah
  • Gejala
  • Penyebab
  • Pengobatan

(c) Coloures-Pic Fotolia.com

PENYAKIT RIKETSIA ADALAH

Penyakit riketsia (Rickettsia) adalah infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri gram negatif dari golongan Rickettsiae, Ehrlichia, Orientia, dan Coxiella. Nama Rickettsia diambil dari seorang peneliti dan juga ahli patologi Amerika, Howard Taylor Ricketts. Beliau akhirnya wafat karena terkena penyakit turunan tifus yang sedang ditelitinya. Meskipun namanya serupa dengan kelainan karena kekurangan vitamin D, yaitu rickets, bakteri Rickettsia bukanlah penyebabnya. Penyakit ini bersifat endemik hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Endemik berarti keadaan suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

GEJALA

RickettsiaSpesies Rickettsia dapat menyebabkan penyakit seperti Rocky Mountain spotted fever, rickettsialpox dan spotted fever lain, tifus epidemik, dan tifus murine (tifus endemik). Gejala umumnya mulai dari yang ringan seperti demam dengan kulit berbintil-bintil (ruam) kemerahan, mual, muntah, nyeri perut, tekanan darah turun, hingga klinis yang lebih berat seperti peradangan otak, gagal ginjal, dan kegagalan pernapasan. Bakteri biasanya menyerang dan merusak dinding pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran darah ke kulit yang disebut edema. Lama-lama terjadi volume darah berkurang, suplai darah dan nutrisi ke bagian-bagian tubuh terganggu, sehingga nantinya terjadi gangguan fungsi organ.

Penyakit Rocky Mountain spotted feverPenyakit ini dapat menimbulkan angka kematian 20-25% walau sudah diterapi dengan antibiotika yang tepat. Risiko keparahan dan kematian meningkat pada laki-laki, orang lanjut usia, dan orang berkulit hitam yang disertai kekurangan enzim G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase). Infeksi pertama dulu diketahui terjadi di negara bagian Rocky Mountain, Amerika Serikat. Bakteri Rickettsia rickettsii penyebab Rocky Mountain spotted fever ini mampu mengakibatkan kerusakan yang parah pada sel otot halus pembuluh darah, sehingga terjadilah perdarahan.

Rickettsialpox dan spotted fever lainPenyakit epidemik ini ditandai dengan demam, ruam kemerahan, dan matinya jaringan kulit. Kebanyakan penderita ditemukan kelainan ruam kemerahan disertai gelembung berair seperti pada cacar air. Varian lainnya ada Boutonneuse fever dengan ruam kemerahan yang agak meninggi (papular). Demam ini punya banyak nama sesuai wilayah terjadinya, ada yang disebut Kenya tick typhus, Mediterranean spotted fever, South African tick bite fever, North Asian tick typhus, Queensland tick typhus, dan Oriental spotted fever.

Tifus epidemik (Brill-Zinsser disease)Serangan bakteri Rickettsia prowazekii memiliki masa laten (penderita terinfeksi, tapi tidak menunjukkan gejala apa-apa) di antara masa epidemiknya. Saat daya tahan tubuh penderita menurun, demam tifus bisa muncul lagi dengan nama Brill-Zinsser disease (relapsing louse-borne typhus).

  • Tifus endemik (Murine typhus; flea-borne typhus)Gejala tifus endemik mirip dengan tifus epidemik tapi lebih ringan dan jarang menyebabkan kematian. Demam disertai dengan bintil-bintil pada kulit muncul pada infeksi oleh bakteri dari kelompok spotted fever.
  • Ehrlichia Spesies ini menyebabkan ehrlichioses yang bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari demam menyerupai Rocky Mountain spotted fever, kecuali ruamnya yang lebih sedikit, hingga sindroma infeksius yang lebih berat menyerupai mononukleosis. Ada yang disebut demam sennetsu, dan hanya ditemukan di Jepang dan Malaysia. Serangan ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
  • Orientia Bisa ditemukan gejala demam, nyeri kepala, dan pembengkakan kelenjar limfe. Pada beberapa kasus disertai nyeri otot, nyeri perut, atau batuk dalam 6 – 21 hari sejak terpapar bakteri penyebab.
  • Coxiella Spesies Coxiella burnetii menyebabkan Q fever, tidak termasuk zoonosis yang ditularkan melalui gigitan serangga penyebab. Penderita tertular dengan menghirup partikel udara yang mengandung bakteri ini. Serangan bisa menjadi akut dan kronis dengan gejala demam akut yang tiba-tiba dan disertai radang paru-paru seperti pneumonia (radang paru) atau infeksi kronis yang berlangsung lama disertai radang selaput pembungkus jantung seperti endokarditis.
  • Bartonella Menimbulkan Bartonellosis atau penyakit Carrion, dan ditularkan oleh lalat pasir (sand flies) yang sering ada di daerah ketinggian sedang di Andes, Amerika Selatan bagian Barat. Bakteri ini bisa juga menyebabkan penyakit serupa tifus epidemik yang disebut Trench fever, tapi biasanya sembuh sendiri atau self-limited. Bakteri Bartonella henselae menyebabkan penyakit garukan atau garutan kucing (cat-scratch disease) karena infeksi terjadi di area bekas garutan kucing rumah yang terinfeksi. Sehubungan dengan epidemik AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), Bartonella henselae menjadi infeksi oportunistik  (penyakit penyerta; yang menyerang penderita dengan kekebalan tubuh menurun) yang disebut angiomatosis basiler. Klinisnya menyerupai lesi hemangioma di kulit dan organ dalam, disertai dengan pembesaran dan peradangan kelenjar limfe di sekitar area garutan atau garukan kucing. Gejala ini bisa terjadi dalam beberapa bulan dan biasanya sembuh dengan sendirinya. Bartonella bacilliformis menyerang sel darah merah manusia, dan bisa mengakibatkan anemia hemolitik akut bahkan sering menjadi parah. Jika infeksi menjadi kronis, muncul lesi yang serupa dengan angiomatosis basiler, disebut verruga peruana (Peruvian warts). Penyakit ini sering disebut Oroya fever atau Carrion's disease. Penamaannya berawal dari seorang mahasiswa kedokteran Peruvian bernama Daniel Carrion yang membuktikan bakteri penyebab verruga peruana. Dia akhirnya wafat terkena anemia hemolitik infeksius akut yang tengah ditelitinya.

 

Laki-laki sering disebut lebih berisiko kemungkinan karena terkait dengan kebiasaan melancong atau karena pekerjaan yang berhubungan dengan habitat serangga penyebab. Pada spotted fever, wanita justru kurang rentan karena diduga terkait daya protektif dari hormon kewanitaan.

PENYEBAB

Berdasarkan reaksi serologi atau kekebalan serumnya, Rickettsia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tifus (tifus epidemik, tifus endemik (tifus murine)), scrub typhus, dan spotted fever.Belakangan ini scrub typhus dimasukkan dalam jenis baru yang disebut Orientia. Jadi kini lebih sering disebut dua kelompok besar yaitu tifus dan spotted fever. Bakteri Rickettsia, kecuali pada kasus Q fever, termasuk zoonosis, bisa ditemukan di binatang dan menularkannya ke manusia.

Bakteri spesies Rickettsia dan Orientia bisa ditemukan di binatang atau serangga kecil kelompok artropoda, yaitu sejenis tungau, kutu, tuma, atau caplak yang terinfeksi. Bakteri ini bisa juga ditemui di kotoran yang mengandung binatang-binatang terinfeksi tersebut.

Bakteri Rickettsia rickettsii adalah penyebab Rocky Mountain spotted fever. Rickettsialpox disebabkan oleh infeksi bakteri Rickettsia akari. Bakteri ini sering ditemukan pada tikus sebagai pembawa. Boutonneuse fever disebabkan oleh bakteri Rickettsia conorii yang memiliki hubungan dekat dengan Rickettsia rickettsii. Bakteri penyebab spotted fever lainnya di beberapa wilayah yang tersebar di seluruh dunia, dinamai sesuai geografisnya, misalnya ada Rickettsia sibirica (Asia Utara), Rickettsia australis (Queensland), Rickettsia japonica (Asia).

Penyakit tifus epidemik disebabkan oleh Rickettsia prowazekii. Epidemik terjadi di musim dingin di area pegunungan seperti Himalaya, Meksiko, Amerika Tengah, dan Afrika. Tifus endemik atau Murine typhus disebabkan oleh Rickettsia typhi yang sering terdapat pada tikus dan kutunya. Bakteri Orientia tsutsugamushi terdapat pada tungau muda yang disebut chigger.

Bakteri Ehrlichia sering ditemukan di rusa atau kijang. Bakteri Coxiella sering terdapat di plasenta domba yang terinfeksi berat dan mamalia lainnya, bisa juga ditemukan di susu, urin, dan kotoran mamalia yang terinfeksi.

Rickettsia dan Orientia masuk ke kulit manusia melalui gigitannya atau kontak dengan kotoran di atas, menyebar mengikuti peredaran darah lalu menginfeksi sel-sel tubuh dan membelah diri di sana. Coxiella burnetii ditemukan menginfeksi paru-paru manusia dan mampu menyebar ke sumsum tulang, hati, dan yang lebih jarang, hingga ke katup jantung.

PENGOBATAN

Umumnya penyakit Rickettsia dan penyakit yang menyerupainya masih berespon baik dengan pilihan terapi antibiotika asal tahap pengobatan segera dimulai pada fase awal penyakit. Pada Q fever, pengobatan saat fase akut lebih menunjukkan peluang keberhasilan dibanding sudah memasuki fase kronis seperti pada radang selaput pembungkus jantung yang kronis.

Upaya pencegahan melalui beberapa vaksin telah dikembangkan untuk mencapai tingkat keamanan dan efektivitas yang diinginkan. Sebagian di antaranya dianggap menemui kegagalan. Antibiotika sendiri bukan untuk pencegahan. Karena infeksi sering berisiko terhadap para pelancong, peringatan diberikan untuk selalu waspada jika memasuki daerah endemik.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan untuk mengurangi risiko terjangkit penyakit Rickettsia dengan cara hindari kontak dengan artropoda penyebab seperti tungau, kutu, tuma, atau caplak, termasuk mewaspadai hewan-hewan peliharaan yang terinfeksi seperti anjing dan kucing. Gunakan repellent serangga, pakaian yang protektif, dan cepat memeriksa diri setelah mengunjungi area yang terbukti endemis. Hal ini lebih ditekankan lagi bagi orang yang berisiko seperti mereka yang memiliki kekebalan tubuh alami rendah.

BACA JUGA

  • Cari : sebutkan cara pengobatan dari penderita Riketsia
  • Payudara kanker
  • Gejala awal hepatitis b
  • Pneumonia
  • Aids

tweet

Iklan

Populer

  • AndroidPlantas Vs Zombies apk

    AndroidPlantas Vs Zombies apk

    24/08/2017
  • twitter
  • facebook
© Copyright 2012-2025, All Rights Reserved. | Kerjanya.net